JawaPos.com – Sungai Bengawan Solo diduga mengalami percemaran berbagai aneka limbah. Sejumlah lahan petani di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) ikut terdampak. Pasalnya, Sungai Benagwan Solo merupakan sumber utama pengairan sawah warga setempat.
Peristiwa ini telah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir, warga terpaksa menggunakannya karena merekan telanjur menanam bibit padi. Selain tercemar, debit air sungai terpanjang di Jawa yang biasa mengairi sawah mereka terus menyusut seiring musim kemarau.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, Jatim, Nurul Azizah mengatakan, berdasarkan pantauan air Sungai Bengawan Solo di wilayah hilir Bojonegoro diduga sudah tercemar aneka limbah kiriman dari hulu.
“Pencemaran limbah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro bersumber dari hulu, wilayah Jawa Tengah (Jateng). Saat ini, warna air Bengawan Solo terlihat keruh kecoklatan. Kemungkinan ada aliran limbah yang baru saja dibuang,” kata Nurul, Selasa (31/7).
Menurut dia, dari hasil uji laboratorium kualitas air Bengawan Solo di daerahnya yang dikeluarkan Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I Mojokerto 24 Mei 2018 menunjukkan berbagai parameter air Bengawan Solo di daerah setempat sudah di atas ambang batas ketentuan baku mutu.
Sesuai data untuk oksigen terlarut (DO) hasilnya 4,5 miligram O2 per liter, sedangkan baku mutu sesuai ketentuan 4 miligram O2 per liter. BOD 6,77 miligram per liter, sesuai ketentuan 3 miligram per liter dan COD 34,19 miligram per liter, sedangkan sesuai ketentuan 25 miligram per liter.
Selain itu, uji kualitas air juga dilakukan antara lain, kandungan Zat tersuspensi, Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Ammonia (NH3-N), minyak dan lemak, Tembaga, Krom, juga yang lainnya. “Kamdungan lemaknya pun cukup tinggi. Secara periodik kami selalu melakukan pemantauan kualitas air Bengawan Solo,” jelasnya.
Dirinya mengaku belum tahu pasti dampak dari pencamaran air itu. Air sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut digunakan warga untuk pertanian selain juga untuk kebutuhan air minum PDAM. “Belum bisa berbuat banyak, sebab munculnya pencemaran akibat pasokan aneka limbah dari hulu,” terangnya.
Salah satu petani Suwono, waga Kecamatan Kasiman, Bojonegoro mengeluhkan permaslahan ini. Dia mengatakan Bengawan Solo meruapakan satu-satunya sumber air untuk mengairi tanaman padi, namun saat ini tercemar sampah.
“Air yang disedot pompa untuk irigasi pertanian warnanya coklat, ya kemungkinan berasal dari limbah tekstil dari hulu, Jateng. Selain itu juga sampah sering menutup saluran pipa yang dimanfaatkan untuk menyedot air dari Bengawan Solo,” jelasnya.
Soal pencemaran, dirinya hanya memperkirakan ada dampaknya terhadap produksi tanaman padi yang memperoleh irigasi air Bengawan Solo. “Saya kira dampaknya luarbiasa, sangat mempengaruhi produksi tanaman padi. Bisa-bisa jadi gagal panen,” tutupnya.