JawaPos.com – Penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia pada awal tahun 2020 lalu sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat. Angka kemiskinan di daerah-daerah kawasan zona merah seperti Pulau Jawa terus meningkat, termasuk di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Persentase kemiskinan Provinsi di Jateng, DIY, dan Provinsi Jawa Timur (Jatim) berada di atas persentase kemiskinan nasional.
Data Badan Pusat Statistik tahun 2021 memaparkan jumlah penduduk miskin di Jateng meningkat 139.03 ribu orang dari Maret hingga September 2020. Sementara di DIY, persentase penduduk miskin periode 2020 berada di angka 12,28% dengan jumlah penduduk miskin 475.720 ribu orang.
Guna memulihkan perekonomian masyarakat, diperlukan gotong-royong dan kolaborasi dari banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta. Amartha sebagai salah satu perusahaan pioneer peer-to-peer lending (P2P Lending) turut berpartisipasi menghidupkan ekonomi masyarakat di Jateng dan DIY, khususnya kepada para perempuan pengusaha mikro.
Bisnis Amartha di Jateng dan DIY Selama Pandemi
Amartha mendorong pemulihan ekonomi masyarakat di wilayah Jateng, DIY, dan Jatim dengan menyalurkan pendanaan sebesar 600 miliar rupiah per Januari – Oktober 2021. Pendanaan ini telah menjangkau lebih dari 270.000 mitra perempuan pengusaha mikro yang tersebar di lebih dari 4.000 desa.
Provinsi Jateng dan DIY menjadi provinsi lain yang dijangkau Amartha sejak tahun 2017. Wilayah operasional Amartha di Jateng dan Jatim mencapai hampir 200 titik operasional dengan jumlah tenaga lapangan mencapai lebih dari 1.400 orang.
Adanya pandemi covid-19 memberikan dampak yang cukup besar bagi para mitra binaan Amartha di wilayah Jateng dan Jatim. Namun, Amartha memiliki strategi tersendiri untuk tetap menjaga kualitas pinjaman dari para mitra, mulai dari menerapkan sistem hybrid online-offline, penyediaan aplikasi Amartha+, serta membuka peluang kerja sama dengan perusahaan di sektor perbankan, untuk bersama-sama mendongkrak potensi UMKM di wilayah Jawa.
Hadi Wenas, Chief Commercial Officer Amartha menjelaskan, “Pengembangan UMKM di wilayah Jawa memang menjadi tantangan yang sangat besar bagi Amartha sejak adanya pandemi. Pembatasan jam operasional bagi mitra untuk berdagang memberi pengaruh yang signifikan. Namun, Amartha tetap berupaya untuk membantu mitra UMKM agar dapat bangkit dan menjalankan roda ekonomi keluarga mereka.”
Salah satu upaya yang dilakukan Amartha selain menyalurkan modal usaha adalah memberikan pelatihan pembuatan masker kain dan olahan makanan kreatif seperti frozen food kepada 40 mitra Amartha di Yogyakarta.
“Hingga akhir tahun, kami terus mendorong pemulihan ekonomi di Pulau Jawa dengan menargetkan untuk memberdayakan 90 ribu mitra baru di Jateng, DIY, dan Jatim.” jelas Hadi Wenas.
Testimoni dan Cara Bergabung Menjadi Mitra Usaha Amartha
Santy Wijayanti merupakan salah satu mitra usaha Amartha asal Semarang yang bergabung sejak tahun 2019. Ia memperoleh modal senilai Rp 5 juta untuk mengembangkan usaha jamu pinarak milik keluarganya.
“Setelah bergabung dengan Amartha, alhamdulillah omzet saya naik. Sekarang saya bisa memproduksi 3.000 botol jamu per bulan dan dibantu sama dua karyawan. Penjualan juga sudah menjangkau hampir semua daerah di Semarang.” katanya.
Santy merupakan ketua kelompok dalam majelisnya. Sebagai ketua kelompok, ia bertanggung jawab dalam kehadiran kelompok dan juga mengenai pembayaran. Tak hanya itu, ia bahkan mengajak seluruh anggotanya untuk memasarkan produk yang dijual secara online untuk meningkatkan penjualan.
Berkat kegigihannya ini, Santy mendapatkan penghargaan Perempuan Tangguh Awards 2021 kategori Women Leader dari Pulau Jawa dan mendapatkan tambahan modal usaha senilai Rp 3,5 juta.
Amartha menerapkan persyaratan yang mudah untuk bisa bergabung sebagai mitra, yakni wajib membentuk kelompok usaha yang terdiri dari 15 – 20 orang, bersedia mengikuti pelatihan wajib, serta hadir dalam pertemuan kelompok mingguan. Setiap anggota sebaiknya sudah memiliki usaha, karena berbeda dengan pinjol yang marak bermasalah, Amartha hanya memberikan pinjaman produktif untuk menjalankan usaha, bukan pinjaman konsumtif.
Amartha menerapkan sistem tanggung renteng untuk meminimalisir risiko gagal bayar. Artinya, seluruh anggota kelompok harus menanggung beban bersama. Jika ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan bayar, maka anggota kelompok lain wajib memenuhi pembayaran. Oleh sebab itu, diperlukan kekompakkan dan kegigihan yang sama di antara anggota kelompok.
“Amartha memastikan setiap mitra tidak mengalami kelebihan utang, karena kami menerapkan praktik ethical lending. Petugas Amartha melakukan tugas penagihan dengan cara yang humanis, serta membangun kedekatan personal dengan para mitra, sehingga komunikasi berjalan lebih baik seperti keluarga. Harapannya, Amartha dapat menjangkau lebih banyak lagi perempuan tangguh di Indonesia dan meratakan kesejahteraan di seluruh pelosok negeri” tutup Wenas.