JawaPos.com – Dua kawasan ekonomi khusus (KEK) ditargetkan beroperasi pada 2019. Yaitu, KEK Maloy Batuta Trans-Kalimantan (MBTK) dan KEK Tanjung Api-Api. Saat ini masih terdapat kendala terkait dengan status sertifikasi yang belum dirilis Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Isran Noor menyatakan, KEK MBTK masih menghadapi kendala terkait dengan status sertifikasi. “Secepatnya, mungkin sebulan lagi selesai. Awal Januari–Februari 2019 sudah diresmikan,” ujarnya seperti dikutip Jawa Pos, setelah mengikuti rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Kamis (27/12)
Dia mengungkapkan, sudah ada beberapa investor yang tertarik menanamkan modal. Termasuk investor dari Korea Selatan dan Tiongkok. Para calon investor tersebut bergerak di sektor industri, ekspor kapal, dan lain-lain. Namun, Isran belum menyebut nilai persisnya.
“Banyak yang ingin berinvestasi. Sebab, kalau ekspor langsung dari situ, misalnya ke Shanghai atau ke Korsel, waktunya jauh lebih pendek. Selama ini, kalau ekspor barang-barang dari Surabaya itu 29 hari, tapi kalau lewat Kaltim hanya 7–9 hari sampai,” jelasnya.
Berdasar informasi di laman kek.go.id, KEK MBTK memiliki luas area 557,34 hektare. Kawasan itu kaya sumber daya alam (SDA), terutama kelapa sawit, kayu, dan energi, serta didukung posisi geostrategis yang terletak di lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II).
Hingga 2025, KEK yang ditetapkan pada Oktober 2014 tersebut ditargetkan dapat menarik investasi Rp 34,3 triliun. Juga, meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) Kutai Timur hingga Rp 4,67 triliun per tahun.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru menjelaskan bahwa KEK Tanjung Api-Api masih merevisi kawasannya karena harus memasukkan Tanjung Carat ke dalam kawasan industri tersebut. Keperluan sarana-prasarana dari pemerintah daerah (pemda) telah dipenuhi. Termasuk akses tol yang sudah bisa digunakan.
KEK Tanjung Api-Api memiliki keunggulan geoekonomi, yaitu berada di wilayah penghasil karet dan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Selain potensi daerah di sektor agro, KEK Tanjung Api-Api mempunyai potensi gas bumi dan batu bara yang melimpah.
“KEK itu juga memiliki keunggulan geostrategis, yakni dekat dengan akses utama Sumatera bagian selatan ke ALKI I serta sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor impor wilayah Sumsel dan sekitarnya,” papar Herman.
Dengan kegiatan utama di bidang industri karet, kelapa sawit, petrokimia, dan logistik, KEK Tanjung Api-Api diharapkan dapat menarik investasi Rp 125 triliun hingga 2025 dan menyerap 149 ribu tenaga kerja.