JawaPos.com – Dilaporkan ratusan mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Taiwan malah dijebak untuk melakukan kerja paksa di pabrik-pabrik setempat. Mahasiswa yang terjebak tersebut diiming-imingi mendapatkan beasiswa untuk kuliah di sana.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ismunandar saat dikonfirmasi mengatakan, ia memang mendapat kabar soal ratusan mahasiswa Indonesia yang dipaksa bekerja di sejumlah pabrik di Taiwan. Laporan tersebut berasal dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, Taiwan.
“Kami memang menerima laporan ini. Terus kami berkoordinasi dengan Kemlu dan KDEI untuk mengatasi masalah ini,” kata Ismunandar, Rabu, (2/1).

KDEI saat ini memperkirakan jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Taiwan mencapai 1.000 orang. Namun namun hanya sekitar 300 mahasiswa yang terjebak kerja paksa di pabrik-pabrik.
Kerja paksa ini bermula dari tawaran skema beasiswa melalui program New Southbound Policy. Ini merupakan kebijakan Pemerintah Taiwan dalam kerja sama dan pertukaran pelajar dengan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Mereka, ujar Ismunandar, dijebak oleh oknum pelaksana program tersebut dengan iming-iming akan mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan. Ternyata malah disuruh bekerja.
Para mahasiswa yang mayoritas perempuan mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Mereka disuruh bekerja 10 jam dalam sehari. Namun bayarannya sangat murah. Padahal Pemerintah Taiwan memiliki aturan kalau mahasiswa yang kuliah di tahun pertama tidak boleh bekerja.
Saat ini, lanjut Ismunandr, Kemenristekdikti akan terus berkoordinasi dengan KDEI di Taipe dan Direktorat Perlindungan kepada Warga Negara Indonesia di Luar Negeri Kementerian Luar Negeri untuk melindungi pelajar Indonesia di Taipe.
“Kami mulai juga menginventarisasi agen-agen yang mengirimkan pelajar tersebut. Semoga masalah ini segera bisa teratasi dan ke depan lebih tertata baik sehingga tak ada kasus seperti ini lagi,” katanya.