Penyanyi Transgender Malaysia: Ibu tak Ingin Aku Terbakar di Neraka

29 Maret 2019, 12:08:05 WIB

JawaPos.com – Seorang transgender Malaysia bernama Shika Corona memetik gitarnya di atas panggung Kuala Lumpur. Shika kerap menyanyikan lagu-lagu tentang kehidupan transgender yang unik. Dulu ia merupakan seorang anak laki-laki namun ia memutuskan untuk menjadi perempuan.

Sodomi dan berhubungan sesama jenis adalah tindakan ilegal di Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim. Kelompok-kelompok hak sipil mengatakan, penganiayaan terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) masih terjadi di Malaysia.

“Dia sangat mencintaiku, dia tidak ingin aku terbakar di neraka,” kata Shika, menggambarkan bagaimana ibunya memintanya untuk menjadi dirinya yang dulu.

shika corona, penyanyi transgender, transgender malaysia, malaysia,
Dia sangat mencintaiku, dia tidak ingin aku terbakar di neraka, kata Shika, menggambarkan bagaimana ibunya memintanya untuk menjadi dirinya yang dulu (Alexandra Radu)

Permintaan ibunya itu mengilhami lagunya yang berjudul ‘Berubah.’ “Tapi aku tidak bisa melakukan itu,” tambahnya. “Saya sangat menyesal, karena ini diri saya yang sebenarnya,” terang Shika seperti dilansir Reuters, Jumat (29/3).

Menurut Shika, banyak lagunya berhubungan dengan pengalaman tidak diterima dalam keluarga Muslim konservatif dan masyarakat. Ia mendirikan band-nya pada tahun 2015.

“Saya tidak bisa menjadi diri sendiri atau mengekspresikan diri,” katanya tentang tumbuh menjadi transgender.

Shika, yang juga seorang desainer dan seniman visual mengatakan, dia terinspirasi untuk mengejar musik setelah mengunjungi Jepang dengan beasiswa pada tahun 2014.

“Di Jepang, aku melihat begitu banyak gadis membawa gitar. Saya pikir itu sangat keren dan menginspirasi saya untuk tetap berpegang pada impian saya untuk memulai band saya sendiri.”

Malaysia tidak menerima pernikahan sesama jenis atau hak-hak LGBT. Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan, hal itu dengan terus terang. Sementara para pemimpin Islam mengatakan, homoseksualitas bertentangan dengan ajaran agama.

September lalu, dua perempuan dicambuk karena melakukan hubungan seks lesbian di negara bagian timur negara bagian Terengganu. Bulan ini, seorang menteri dan kelompok Muslim lainnya memprotes setelah aktivis LGBT menghadiri pawai untuk Hari Perempuan Internasional.

Terlepas dari risikonya, Shika mengatakan dia tidak khawatir dengan bermain di depan publik. “Kami hanya ingin bersenang-senang,” katanya.

Editor : Dyah Ratna Meta Novia

Reporter : Verryana Novita Ningrum


Close Ads