JawaPos.com – Kawanan monyet yang menyerbu kawasan Perumahan Wika, Kelurahan Gunung Samarinda Baru, Balikpapan Utara, membuat warga resah. Terutama warga di RT 15.
Secara beruntun, di pagi dan sore hari, kawanan monyet merangsek ke dalam rumah warga. Membuat kegaduhan, merampok makanan hingga merusak dan mengacak-acak isi rumah.
“Sampai makanan dalam kulkas diambilin,” terang Ketua RT 15 Gunung Samarinda Baru, Slamet Iman Santoso, dikutip dari Kaltim Post (Jawa Pos Gup), Minggu (3/6).
Kondisi monyet masuk ke perumahan sebenarnya sudah terjadi dua tahun terakhir. Namun, dalam jumlah kecil dan tidak sampai masuk ke dalam rumah warga.
Akan tetapi, kali ini monyet datang dengan jumlah lebih banyak. Bahkan beberapa warga melapor, bahwa rumahnya dimasuki sedikitnya enam ekor monyet. Dari ukuran dewasa hingga yang masih anak-anak.
“Dan mereka melawan kalau diusir. Agresif. Khawatirnya menyerang khususnya yang punya anak,” ungkap Iman.
Sedikitnya dalam dua bulan terakhir, ada enam rumah warga yang disambangi monyet. Tak hanya mencuri makanan, kawanan ekor panjang itu juga mencuri benda-benda mengilap.
Kasus terbaru, seorang warga kehilangan spion mobilnya. Tak hanya satu, namun sepasang. “Kami kira dicuri manusia. Ternyata ada yang melihat yang mencuri itu monyet,” sebutnya.
Soal asal monyet, Iman menduga berasal dari hutan kota dekat perumahan. Namun, diduga karena kondisinya semakin menyempit dan pasokan makanan untuk primata itu berkurang.
Maka kawanan ini masuk ke perumahan. Guna menanggulangi persoalan ini, pihaknya sudah melapor ke kantor Lurah Gunung Samarinda Baru. “Warga kini tak berani lagi buka pintu. Apalagi pintu belakang. Jendela juga harus ditutup rapat,” ujarnya.
Sementara itu Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Pertama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Posda Gressya menyatakan, bahwa monyet kera ekor panjang memang terkenal mampu beradaptasi di luar habitat hutan. Berani mencari makanan dan berhadapan langsung dengan manusia. Bahkan dikenal agresif.
“Yang mengkhawatirkan, bisa menularkan penyakit. Misal hepatitis,” ungkap Gressya.
Pihaknya mengaku baru mendengar kondisi ini ketika dihubungi Kaltim Post. Karena itu, dia meminta agar ada warga atau pemerintahan setempat segera membuat laporan agar bisa ditindaklanjuti balai.
Sebab, jika dibiarkan bisa menimbulkan konflik antara hewan dan manusia. “Kami minta segera dilaporkan. Nanti kami akan tinjau ke lapangan bagaimana kondisinya,” ucap Gressya.
Ada tiga alternatif penanggulangan yang ditawarkan. Pertama, menggiring monyet ke habitat aslinya. Jika habitat aslinya dilihat sudah tak memadai, maka akan dipindahkan ke hutan lain yang memungkinkan kawanan ini hidup.
Namun, jika opsi kedua tak dimungkinkan, maka opsi terakhir adalah dilakukan pengurangan jumlah kawanan monyet tersebut. “Jika jumlah satwa liar sudah banyak dan mengancam manusia, maka dimungkinkan untuk dibunuh. Pelaksanaannya oleh pihak berwenang sesuai dengan PP (Peraturan Pemerintah) No 7/1999. Dan jenis ekor panjang ini dalam PP tak dilindungi,” pungkasnya.