Kejahatan di Ibu Kota Bergeser ke Daerah Pinggiran, Bogor Aman?

Tergantung Kebijakan Publik Pemerintah Daerah
28 Maret 2019, 08:39:27 WIB

JawaPos.com – Masyarakat yang tinggal di daerah metropolitan sangat dituntut untuk lebih waspada terhadap tindak kejahatan. Biasanya tindak kejahatan memiliki potensi besar di kota besar. Hanya saja, belakangan ini tingginya pengawasan dari kepolisian di Jakarta, pelaku kriminal memilih beraksi di daerah pinggir.

Kriminolog FISIP UI Iqrak Sulhin menyebut tipologi kejahatan di Jakarta dengan daerah sekitarnya relatif sama. Hanya saja ada logika balon dalam pengendalian kejahatan. Ketika pelaku kesulitan beraksi di daerah A, maka mereka akan beralih ke daerah B. “Kadang memang ada logika balon, ditekan di sisi satu, menonjol di sisi satunya lagi,” kata Iqrak Sulhin kepada JawaPos.com, Kamis (28/3).

Hampir samanya tipologi kejahatan di kota-kota sekitar Jakarta karena karakter daerah tersebut sudah seperti Jakarta. Perkembangan fisik dan demografis yang pesat.

Ketika adanya pengaduan atau laporan dari masyarakat, kini kepolisian sudah berupaya beraksi lebih cepat. Terutama di wilayah Depok, Kota Tangerang, Kota Bekasi. Di kota tersebut kebijakan pemolisiannya sama dengan wilayah Jakarta. Jikapun terdapat fluktuasi kejahatan yang lebih tinggi di pinggir Jakarta, itu lebih dipicu dari kesempatan saja.

Kondisi sedikit berbeda terjadi di wilayah Bogor. Kualitas penanganan kejahatan tidak secepat Jakarta. Baik kota maupun kabupaten. “Dua daerah itu relatif jauh dari Jakarta,” imbuhnya.

Lantas apakah dua daerah ini aman? Iqrak tidak bisa menyimpulkan aman atau tidak. Sebab angka kejahatan jalanan umumnya berbentuk property related. Cenderung fluktuatif dengan tidak ekstrem. Karakter kejahatan di perkotaan itu umumnya didominasi oleh kekerasan dan property related crime. “Artinya saya melihat tidak ada perubahan ekstrem,” katanya. Begitu juga di Bogor.

Tidak adanya perubahan yang ekstrem kriminalitas di wilayah Bogor, Jakarta dan Detabek karena tipologi kejahatan di kota sebagian besar bermotif ekonomi. Makanya, tidak bisa dipungkiri kebijakan pengendalian dan pencegahan kejahatan di Bogor akan sangat berkaitan dengan kebijakan publik. Baik dalam menghilangkan motif maupun dalam mengurangi kesempatan. “Kerja sama kepolisian dengan pemerintah daerah (Pemkab Bogor, red) tentu sangat diperlukan,” katanya.

Untuk diketahui beberapa waktu belakangan kerap terjadi aksi kriminalitas di Bogor. Baik itu pencurian kendaraan bermotor (curanmor), begal, rampok, dan sebagainya. Umumnya pelaku menyasar kompleks perumahan yang cenderung sepi. Ada kemungkinan pelaku ada spesialis rumah kosong.

Beberapa hari lalu sebuah kompleks perumahan di Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor kerap terjadi aksi curanmor. Aksi mereka tidak lagi memilih malam atau dini hari. Bahkan pagi-pagi jam sibuk mereka tetap nekat.

“Ini yang ketiga kalinya. Dua kejadian sebelumnya gagal. Pelaku sempat berupaya merusak kendaraan,” ujar Darsum, warga Parungpanjang yang nyaris jadi korban curanmor. Sepeda motornya sempat berpindah dari dalam rumah ke luar pagi. Tapi urung dibawa kabur karena di sepeda motor itu terdapat kunci ganda. “Kalau tidak ada kunci rahasia, mungkin sepeda motor saya udah hilang,” ungkapnya.

Beberapa pekan setelah kejadian yang dialami Darsum menimpa warga lainnya. Kali ini pelaku berhasil menggasak satu unit sepeda motor bebek. Korban sudah melaporkan ke polsek setempat. Namun respons kepolisian itu tidak begitu cepat. “Kami hanya menampung dan menerima laporan. Untuk pengejaran butuh waktu dan penyelidikan dan pengembangan. Tidak bisa cepat penanganannya,” ujar Kapolsek Parungpanjang Kompol Nurahim.

Editor : Ilham Safutra


Close Ads