JawaPos.com – Sebanyak 1.841 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Jawa Tengah (Jateng) menerima Surat Keputusan (SK) pengangkatan. Acara penyerahan SK dipimpin Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Dalam Sambutannya, Ganjar menyampaikan bahwa para calon abdi negara merupakan energi baru di birokrasi. Terbanyak adalah tenaga pengajar. Disusul tenaga fungsional dan tenaga teknis. “Ada yang berkebutuhan khusus,” terang Ganjar di Kompleks Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang, Jumat (29/3).
Ganjar sempat menyinggung proses penerimaan CPNS. Menurutnya, prosesnya berlangsung adil dan sesuai aturan. “Apakah ada yang kolusi, yang membayar, yang prosesnya nggak benar? Semuanya clear. Putranya pak sekda (Sri Puryono) saja nggak diterima. Jadi apa artinya, kami tunjukkan prosesnya itu fair,” tegas Ganjar.
Tanggung jawab besar disematkan kepada masing-masing CPNS. Harapannya, mereka bisa bekerja dengan mengedepankan integritas serta pelayanan yang sebaik-baiknya.
“Sebagai abdi negara, ada harapan mereka mampu menjaga NKRI, Pancasila, kerukunan, dan silaturrahim. Yang guru membikin murid-muridnya punya karakter, kepribadian yang baik, budi pekerti. Tentu yang umum sifatnya kami minta kepada mereka untuk menjaga integritas. Itu nomor satu menurut saya,” tegas Ganjar Pranowo.
Selain mampu memberikan dampak positif, para pegawai juga diminta tak mengesampingkan kualitas pribadi masing-masing. Mereka wajib mengembangkannya. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng akan memfasilitasi dan mendukung segala prosesnya.
“Insya Allah dengan bibitnya ini bagus-bagus ya. Ini dari BKD (Badan Kepegawaian Daerah) menyeleksi, sudah laporan saya. Tinggal tugas kami meningkatkan kapasitas dengan pelatihan. Dalam maupun luar negeri. Kemarin diberi tahu, staff kami dari biro perekonomian yang baru lulus (pelatihan) dari New Zealand. Ternyata mereka bisa jadi the best juga,” papar Ganjar Pranowo.
Sementara itu, Sekda Jateng Sri Puryono mengatakan bahwa penerimaan CPNS pada 2018 tak terpenuhi formasinya. Dari 1.926 posisi yang disediakan, cuma terisi 1.821 formasi. “Tidak terpenuhi karena ada formasi dokter spesialis (yang tidak terisi penuh). Ada yang kelewat umur,” imbuhnya.