Peringati Hari Nyamuk Sedunia, Berikut Sejarah Perkembangannya

16 Agustus 2021, 13:42:35 WIB

JawaPos.com – Pada 20 Agustus mendatang, dunia akan memperingati Hari Nyamuk Internasional. Peringatan ini dilakukan sejak 1987 lalu yang diprakarsai oleh Dr Ronald Ross dari Liverpool School of Tropical Medicine.

Adapun, perayaan bermula ketika dokter militer Inggris itu melakukan penelitian tentang penularan malaria yang banyak menimbulkan kematian pada manusia. Penelitian tersebut terjadi pasca banyaknya kematian di Sucendarbad, India yang ditimbulkan oleh penyakit malaria yang disebabkan gigitan nyamuk.

Dalam penelitiannya, tepatnya pada 20 Agustus, Ross pun menemukan ookista plasmodium falciparum yang menjadi inti dari penyakit malaria pada bagian dinding nyamuk berjenis Anopheles yang sering ditemukan di wilayah beriklim tropis, seperti Indonesia. Sejak itu pun dideklarasikan bahwa 20 Agustus sebagai Hari Nyamuk Sedunia.

Kasus malaria pun hingga saat ini menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia. Berdasarkan World Malaria Report 2020 yang diterbitkan World Health Organization (WHO), 2019 lalu angka kasus mencapai 229 juta dengan 409 ribu kematian.

Selain penyakit malaria, nyamuk juga menimbulkan penyakit lain melalui gigitannya, seperti chikungunya dengan gejala demam, menggigil, sakit kepala hingga nyeri pada sendi dan demam kuning yang gejalanya hampir serupa ditambah kulit berubah menjadi kuning.

Kemudian, penyakit yang disebabkan nyamuk dan marak terjadi di Indonesia adalah demam berdarah dengue (DBD). Sejak ditemukan kasus tersebut di Jakarta dan Surabaya pada 1968 silam, penyakit ini menjadi momok besar bagi masyarakat Indonesia hingga sekarang.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mencatat, hingga 14 Juni 2021 total kasus DBD di dalam negeri mencapai 16.320 kasus, angka tersebut meningkat drastis sejak 30 Mei lalu dengan catatan 9.903 kasus. Begitu juga dengan angka kematiannya, hingga 14 Juni lalu diketahui 147 orang meninggal akibat DBD dibanding Mei dengan 98 kasus.

Untuk gejala DBD ringan, pengidap akan mengalami demam tinggi, ruam dan nyeri otot dan sendi, sementara gejala beratnya adalah pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara drastis dan bocornya pembuluh darah yang bisa berujung pada kematian.


Agar terhindar dari penyakit tersebut, terdapat sejumlah langkah yang dapat dilakukan masyarakat seperti membersihkan penampungan air seminggu sekali untuk memutuskan siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti, lalu menutup penampungan air agar tidak menjadi sarang nyamuk. Kemudian, langkah ampuh lainnya adalah menggunakan losion anti nyamuk ketika beraktivitas ketika bepergian atau tidur.

Losion yang paling ampuh untuk digunakan dalam mencegah gigitan nyamuk adalah Soffell dengan keunggulan 100 persen menolak nyamuk dan sejuk karena memiliki kandungan moisturizer yang melembabkan kulit. Soffell pun sudah terbukti ampuh dan digunakan masyarakat Indonesia, jadi hanya dengan sekali pemakaian atau oles dibagian tubuh yang tidak tertutupi ketika beraktivitas atau tidur, badan bebas gigitan nyamuk semalaman.

Soffell pun juga menyediakan beragam varian aroma untuk masyarakat Indonesia, mulai dari kulit jeruk, bunga geranium, bengkoang dan apel. Kini hadir juga Soffell Alamia yang cocok untuk kulit lembut dan anak-anak dengan menggunakan bahan ekstrak daun serai (cymbopogon) yang lembut, tidak panas, tidak lengket serta tidak menyebabkan iritasi di kulit dengan kemasan yang lebih menarik.

Selain berbentuk losion, Soffell juga memiliki Force Magic dengan konsep Formula Synergist yang berfungsi untuk menolak dan mematikan nyamuk dengan bahan ekstrak bunga krisantenum yang tentunya aman bagi keluarga dan anak-anak di rumah. Kemasan berbentuk kaleng juga mudah didaur ulang dengan empat varian aroma, yakni pink, green apple, lemon fresh dan orange peel.

Editor : Mohamad Nur Asikin

Reporter : ARM


Close Ads