JawaPos.com – Digitalisasi merupakan keniscayaan bagi perbankan. Pasalnya, nasabah semakin menginginkan kecepatan dan kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan di tengah perkembangan teknologi informasi. Jika tak bertransformasi menuju digital, bank bakal ditinggalkan nasabahnya.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah milik pemda yang memiliki pangsa pasar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus sudah mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang tercipta karena perkembangan teknologi tersebut. Bank harus bisa adaptif dengan kebutuhan masyarakat.
Hal itu menjadi dasar Perhimpunan Bank Milik Pemerintah Daerah Se-Indonesia (Perbamida) untuk mengadakan Seminar dan Munas IX Perbamida di Hotel Shangri-La Surabaya pada Kamis (2/12). Kegiatan tersebut berlangsung mulai 2 hingga 4 Desember.
Acara Seminar dan Munas yang dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur dr Emil Elestianto Dardak mengungkapkan bahwa digitalisasi bagi BPR atau BPRS milik daerah sangat penting untuk dilakukan karena mengingat saat ini semua aktivitas sudah serba digital. “Sekarang eranya medsos, jadi setiap insan yang ada di BPR harus “gaul” dengan masyarakat sekitar. Rajin-rajin melihat perkembangan di medsos,” ujar Emil saat membuka Munas.
Kegiatan seminar digitalisasi BPR/BPRS yang dipandu moderator Dirut BPR Delta Artha Sidoarjo Sofia Nurkrisnajati Atmaja itu menghadirkan narasumber Sekda Sidoarjo Achmad Zaini serta petinggi OJK Roberto Akyuwen. ’’Perbamida sebagai organisasi yang menaungi BPR/BPRS mendorong BPR/BPRS harus mempersiapkan diri dalam melakukan digitalisasi agar bisa tetap bertahan ke depan,’’ kata Sofia mengawali seminar tersebut.
Karena itu, pengembangan digitalisasi BPR/BPRS dilakukan untuk penguatan organisasi dalam menghadapi tantangan ke depan. Selain itu, BPR/BPRS harus mempersiapkan diri sebagai lembaga perbankan yang paham dan tahu memberikan perhatian kontribusi kepada masyarakat.
Caranya, BPR harus menyusun skema kolaborasi dengan berbagai pihak seperti kerja sama channeling antara BPR dan fintech. Kolaborasi dengan pihak lain merupakan kunci utama bagi BPR untuk bisa melakukan transformasi digital. Sebagaimana diketahui, modal BPR tidak sebesar pada bank-bank umum lain. Padahal, bicara mengenai digitalisasi akan terkait dengan teknologi yang membutuhkan investasi tinggi.