JawaPos.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso sebagai tersangka. Dia diduga menerima suap untuk kebutuhan ‘serangan fajar’ dalam pemilu 2019.
Tim pun berhasil menemukan 84 kardus berisikan uang dugaan suap sebesar Rp 8 miliar yang sudah dipecah menjadi Rp50 ribu dan Rp20 ribu dalam 400 ribu amplop putih, di PT Inersia (perusahaan milik Bowo).
Menanggapi itu, peneliti Indonesian Legal Rountable (ILR), Erwin Natosmal Oemar menilai desas desus politik uang dalam memenangkan hati rakyat, dijawab dengan adanya operasi tangkap tangan terhadap Bowo.
“Kasus suap ini mengonfirmasi desas-desus di masyarakat soal masifnya politik uang dalam demokrasi kita,” ucapnya saat dikonfirmasi, Sabtu (30/3).
Dia juga menilai, temuan barang bukti yang berhasil didapatkan oleh lembaga antikorupsi ini merupakan salah satu sejarah besar. Sebab, dalam perjalanan operasi senyap belum ada barbuk yang sebesar ini. “Dalam sejarah penegakan hukum di Indonesia, ini adalah yang terbesar,” tukasnya.
Oleh karena itu, menurutnya dengan adanya kerentanan demokrasi, dalam hal politik uang perlu menjadi perhatian semua pihak. “KPU dan Bawaslu harus harus concern soal ini dalam menyeleksi calon legislator,” imbuhnya.
Concern yang dimaksud Erwin yaitu perilaku serangan fajar yang digunakan oleh calon penyelenggara negara dalam mencari suara rakyat. “Terutama soal perilaku ‘serangan fajar’, Suap kecil yang mempengaruhi preferensi politik masyarakat,” tegasnya.
Dalam kasus ini, selain Bowo KPK juga menetapkan dua orang lainnya yaitu Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK), Asty Winasti dan karyawan PT Inersia, Indung sebagai tersangka.
Kasus ini berkaitan dengan suap kerjasama yang berhubungan dengan pengangkutan di bidang pelayaran untuk kebutuhan distribusi pupuk menggunakan kapal PT HTK.
Bowo diduga meminta fee kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah USD 2 per metric ton. Diduga telah terjadi enam kali penerimaan di sejumlah tempat sebesar Rp221 juta dan USD 85.130. Lalu, sekitar Rp 8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu itu telah dimasukkan dalam amplop-amplop. Uang tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk ‘serangan fajar’ Pemilu 2019. Ini arena politikus Golkar itu kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2019, di daerah pemilihan Jawa Tengah II.