Arema, Persib, dan Persija Hendak Susul Bali United ke Pasar Modal

Bali United mendapat dana segar Rp 350 miliar
18 Juni 2019, 13:38:18 WIB

JawaPos.com-Bali United sudah resmi melantai di pasar modal. Setelah sebelumnya melakukan penawaran di Bali, saham klub berjuluk Serdadu Tridatu tersebut itu masuk ke Bursa Efek Indonesia, Senin, 17 Juni 2019.
Jadilah Bali United adalah klub pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang go public. PT Bali Bintang Tbk, perusahaan yang mengelola klub Bali United, tercatat dengan kode saham BOLA.

Dengan pencatatan saham perdana atau initial public offering, perseroan memperoleh dana segar Rp 350 miliar. Sebanyak dua miliar saham dilepas atau setara dengan 33,33 persen saham pada harga penawaran perdana Rp 175 per saham. Tidak hanya diminati investor pasar modal, saham Bali United juga dilirik oleh fansnya.

Dampaknya cukup psotif. Yakni terjadi kelebihan permintaan sampai dengan 110 kali dari porsi penjatahan terpusat (pooling) saham yang ditawarkan masyarakat. Sejak melantai di pasar modal, saham Bali United langsung melejit 69,14 persen ke posisi Rp 296 per saham.

Menurut Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna, melantainya Bali United menjadi trigger bagi klub sepak bola lain di Indonesia. Ada tiga klub yang mungkin menyusul jejak Bali United.
Mereka adalah Arema FC, Persib Bandung, dan Persija Jakarta. Bahkan khusus Arema FC, pihaknya sudah melakukan pertemuan. Menyusul kemudian adalah Persib dan Persija. ”Arema sudah kami approach. Tentunya mereka sekarang sedang konsolidasi internal dulu apa saja yang disiapkan,” kata Nyoman.

Nyoman berharap tiga klub tersebut bisa segera menyusul Bali United ke pasar modal tahun ini. Dengan meningkatnya reputasi menjadi perusahaan tercatat, maka tambah Nyoman, kepercayaan fans kepada klubnya juga makin menguat. Mereka bisa mengikuti perkembangan yang terjadi, termasuk performancenya. ”Tidak hanya menjadi fans, mereka juga bisa memiliki sahamnya,” kata Nyoman.

Menurut Direktur Utama PT Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto, IPO Bali United sangat menarik dan memiliki potensi besar dari para pendukung fanatik. Antusiasme masyarakat Bali, khususnya suporter, sangat besar. Sejak masa penawaran pada 10 Juni lalu, hari kedua saja sudah oversubscribed. Menurut Octavianus, komposisinya adalah investor ritel sebanyak 41 persen. Sedangkan investor institusi mencapai 59 persen.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan masuknya Bali United adalah awal yang sangat baik bagi klub bola untuk mau go public. Dengan begitu, pendanaan akan lebih variatif dan memungkinkan meningkat dalam waktu cepat.

Syaratnya tentu saja kinerja dan prestasi tim, serta kompetisi sepak bola yang fair serta profesional. ”Jika Bali United berhasil, maka mereka dapat menjadi role model bagi klub-klub lain. Apalagi, penonton bola di Indonesia banyak dan fanatik,” kata Eko.

Jika prestasi tim terus meningkat, maka terbuka peluang untuk menjaring investor potensial dari luar negeri. Klub yang sudah melantai di pasar modal, tambah Eko, harus disiplin dalam aspek governance, terutama soal keuangan.
”Pasar modal menuntut adalah transparansi. Sehingga, aspek-aspek tata kelola keuangan harus benar-benar diperhatikan agar mendapat kepercayaan investor,” ucap Eko.

Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Iwan Budianto menyambut baik apa yang sudah dilakukan Bali United. Dia menyebut, ketika sebuah klub melepas saham, itu berarti sudah mau dituntut semakin transparan dan lebih baik.
”Itu yang kami inginkan di sepak bola Indonesia. Kalau semua klub punya transparansi yang sama seperti melepas saham ke bursa, pasti sepak bolanya akan lebih bagus. Baik dari segi finansial dan segi segalanya,” terangnya.

Editor : Ainur Rohman

Alur Cerita Berita

Close Ads