JawaPos.com – Timun suri menjadi salah satu bahan utama minuman favorit masyarakat Jawa Barat. Buah yang identik dengan bulan puasa itu, ternyata berbuah keberkahan tersendiri bagi para petani Timun Suri di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Seperti dirasakan petani timun suri, Misa, 40. Petani asal Desa Tegal Sari, Kabupaten Cirebon itu mampu meraup untung puluhan juta rupiah dari hasil panen timun suri.
Dari lahan seluas kurang dari satu hektar, hasil panen suri bisa mencapai empat hingga tujuh ton. Hanya membutuhkan waktu empat bulan dari masa tanam hingga panen, petani bisa sampai tiga hingga empat kali panen. Sehingga, dalam sekali panen, petani bisa meraup pendapatan kotor hingga Rp 30 juta rupiah.

“Empat bulan sebelum puasa, kami sudah menggarap lahan. Dari sawah padi sementara waktu, digarap jadi timun suri. Kalau udah bulan puasa tinggal panen-panennya saja,” ungkapnya saat ditemui di lahan timun suri, Sabtu (2/6).
Petani menjual timun suri dengan harga Rp 3.500-4.000 per kilogram untuk dijual partai besar kepada distributor. Sementara untuk dijual sendiri, para petani menjualnya dengan harga Rp 5.000 per kilogram.
Dari sekali kali panen, petani bisa menghasilkan tujuh ton timun suri. Hasil panen itu, petani kemudian dipasok oleh pemodal untuk didistribusikan ke berbagai daerah untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Cirebon, Bandung hingga Ciamis.
Selain didistribusikan ke luar kota, para petani timun suri pun turut menjual hasil panennya di pinggir sawah. Usahanya menanam timun suri pun mendulang pundi-pundi rupiah.
“Kalau yang kecil-kecil atau yang sudah matang, kami jual sendiri di pinggir jalan dekat sawah,” ungkapnya.
Hal serupa dirasakan petani timun suri lainnya, Ranisih, 35. Meski lahannya tak sampai satu hektar, keuntungan dari hasil panen suri cukup tinggi.
Dalam satu kali panen, ia dan suaminya mampu menghasilkan satu ton timun suri. Dari jangka waktu dua bulan, Ranisih bisa memanen satu ton timun suri per tiga kali panen.
“Kalau saya, sudah tiga kali panen. Sekali panen satu ton lebih, karena lahannya cuma setengah hektar. Saya jual ke distributor per kilonya 3.500 rupiah,” paparnya.
Selain dari hasil panen yang dijual ke distributor, Ranisih pun menjual sendiri timun suri dekat ladang. Dari hasil menjual langsung ke masyarakat, dia mengaku bisa meraup untung Rp 150.000 per harinya.
“Setiap tahun, saya harap timun suri sebelum puasa. Kebanyakan orang nyari ke lahan timun suri langsung, karena lebih murah,” pungkasnya.