JawaPos.com – Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti membuka ruang bagi seniman mural untuk berekspresi. Nantinya, perkantoran hingga tingkat kecamatan akan disediakan tempat gambar.
Sebagai permulaan, tembok di Kantor Wali Kota mulai dicorat-coret oleh sepuluh orang dari komunitas mural dan skateboard Yogyakarta. “Silakan bergabung ke dalam komunitas-komunitas. Bukan antisipasi vandalisme dengan mural, tapi dengan adanya ruang untuk mural, kegiatan vandalisme bisa berkurang,” katan Haryadi di kantornya, Rabu (1/11).
Adapun gambar di tembok kantor wali kota sisi depan berupa Tugu Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, Gunung Merapi, dan keramaian Pasar Beringharjo. Pengerjaannya memakan waktu sekitar dua bulan ke depan.
Setelah itu, akan masuk ke dinding bagian dalam yang digambari hiruk pikuk Malioboro. Masih di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, di sisi Timur dengan bangunan dinding tiga lantai akan digambari berupa batik.
Jika nanti hasilnya cukup baik, akan merambah ke kantor-kantor pemerintahan di tingkat kecamatan. Gambarnya nanti menyesuaikan dari masing-masing wilayah. “Misal Umbulhajo itu ikonnya apa, Kotagede apa, Tegalrejo. Jadi bangunan pemerintahan tidak selalu identik dengan gambar pemerintahan,” tuturnya.
Haryadi menyatakan, ini baru kegiatan awal saja untuk memberikan ruang kepada para seniman mural. Selanjutnya pada Januari 2018, ia berencana menggelar event gambar bertaraf nasional.
Ketua Komunitas Mural dan Skateboard Yogyakarta, Helly Murtito menambahkan, antara mural dengan vandalisme mempunyai perbedaan yang mencolok. Sebelum membuat mural, harus disketsa terlebih dahulu. Waktu pengerjaan, proses awal tergantung dari tingkat kerumitan gambar dan luas media.
Contoh pada satu sisi dinding di Kantor Wali Kota Yogyakarta dengan ukuran 352 x 470 centimeter, bisa menghabiskan sekitar dua minggu lamanya. “Pengerjaan muralnya sekitar dua bulan. Kalau keawetannya bertahun-tahun,” ungkapnya.
Untuk vandalisme, menurutnya, itu merupakan kegiatan corat-coret yang spontan. Lebih kepada merusak daripada memperindah. 2.