Ekspektasi Kuartal Ketiga Tentukan Minat Investor

1 November 2017, 20:34:38 WIB

JawaPos.com – Aksi jual bersih asing sepanjang tahun ini mencapai Rp 17,24 triliun (ytd). Selama beberapa pekan terakhir, aksi jual bersih memang sempat mewarnai bursa saham Indonesia. Namun, hal tersebut tidak memengaruhi pergerakan barometer pasar saham.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) tetap melejit, bahkan sempat memecahkan rekor di angka 6.025,43 berkat masuknya dana dari investor domestik.

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fakhri Hilmi menyatakan, dana asing keluar karena ada beberapa ekspektasi yang tidak tercapai pada kuartal II 2017 lalu. Yaitu, pertumbuhan ekonomi yang diharapkan; 5,1–5,2 persen; meleset menjadi 5,01 persen.

’’Selain itu, pertumbuhan net income emiten turun 33 persen. Jadi, dua faktor itu yang memengaruhi,’’ katanya di sela-sela seminar Capital Market Outlook 2018 di Jakarta kemarin (31/10).

Investor pun berharap data-data ekonomi pada kuartal ketiga bisa lebih baik. Kondisi tersebut juga diikuti pertumbuhan laba dan pendapatan para emiten yang juga tidak lagi melambat. Namun, Fakhri optimistis laporan keuangan emiten akan membaik.

Indikasinya, masuknya 100 laporan keuangan kuartal ketiga emiten ke OJK. Mayoritas emiten masih menunjukkan pertumbuhan keuntungan. ’’Sebenarnya, kalau dari fundamental emiten, masih cukup kuat. Tidak ada emiten yang kondisinya terlalu lemah,” jelasnya.

Untuk semakin menarik investor asing, OJK akan membuat fasilitas alternatif lindung nilai atau hedging di pasar modal. Tujuannya, menghindari risiko melemahnya rupiah akibat pergerakan nilai tukar. Selama ini kebanyakan investor asing melakukan hedging di Singapura dan Hongkong.

Artinya, lindung nilai tersebut berada di luar pengawasan Bank Indonesia (BI). Untuk itu, alternatif hedging di Indonesia akan memudahkan investor mengurangi risiko kerugian akibat nilai tukar. ’’Kami sudah komunikasikan ini dengan BI. Nanti tinggal pengaturan teknisnya, baru diluncurkan,’’ ucapnya.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyambut baik rencana hedging tersebut. Sebab, permintaan dari investor asing terhadap fasilitas hedging cukup banyak. ’’Jadi, tinggal kasih cost. Dia beli saham, kasih cost misalnya 0,4 persen. Sudah deh enggak ada risiko currency (nilai tukar),’’ ujarnya.

Dia berharap investor asing selalu tertarik untuk masuk ke pasar modal Indonesia. Namun, bagi Tito, peran investor domestik juga tidak kalah penting. Yang menjadi fokus otoritas bursa saat ini, memperbanyak suplai produk dan meningkatkan infrastruktur bursa yang mumpuni.

Dia yakin pada kuartal III ini data-data ekonomi dan laporan keuangan emiten akan lebih baik sehingga asing dan domestik sama-sama berminat untuk masuk ke pasar.

Soal isu tahun politik yang membuat investor menahan diri, Tito tidak ambil pusing. ’’Historically, tahun politik 2004, 2009, dan 2014, termasuk demo 212, tidak ada pengaruh ke bursa. Transaksi harian bahkan naik. Kalau ada kejadian financial global, baru itu berpengaruh,’’ ungkapnya. (*)

Editor : admin

Reporter : rin/c20/sof


Close Ads