JawaPos.com – Sejumlah perangkat Early Warning System (EWS) gelombang tinggi di wilayah Jawa Tengah dinyatakan tidak berfungsi secara optimal. Peralatan pendeteksi bencana dini ini kebanyakan mengalami korslet akibat korosi.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana, Jumat (28/12). Ia menyebut EWS itu rusak pada bagian receiver atau penerima sinyal. Sehingga sirine tak berfungsi normal.
Saat ini, imbuhnya, EWS tsunami atau gelombang tinggi sudah terpasang di daerah rawan seperti pesisir Cilacap, Kebumen, Purworejo, Wonogiri. Kendati demikian, ia tak merinci berapa jumlah perangkat EWS yang rusak. Intinya, saat ini beberapa daerah tetap masih membutuhkan EWS. Seperti di Wonogiri yang katanya masih kurang beberapa.
“Yang paling banyak dibutuhkan alat pendeteksi EWS di Cilacap. Karena ada dua kecamatan yang berada di pesisir pantai,” ujarnya usai melepas relawan dan bantuan untuk korban tsunami ke Banten dan Lampung, di kantornya, Kota Semarang.
Perangkat EWS itu sendiri sedianya memang dipasang di daerah-daerah rawan terjangan ombak karena potensi gempa. Termasuk gelombang tinggi maupun rob dari perairan Samudera Hindia. “Jadi untuk Cilacap sendiri banyak dipasang di sepanjang garis pantai. Sebab di Kabupaten Cilacap merupakan pertemuan sesar (patahan) yang mampu menimbulkan gempa bumi,” ungkapnya.
Sebagai antisipasinya, pihaknya bakal berkoordinasi dengan pihak terkait sembari menunggu perbaikan perangkat EWS tadi. Sekalipun terjadi gempa cukup besar di lokasi tersebut, baik ada potensi tsunami atau tidak terpenting warganya dievakuasi terlebih dahulu.
Guna suksesnya langkah tersebut, maka komunitas kebencanaan perlu dimaksimalkan. Salah satu caranya dengan memanfaatkan semacam grup Whatsapp agar informasi cepat menyebar.
“Atau pengurus masjid akan segera memberi peringatan dini tsunami secara manual lewat pengeras suara, jika gempa terasa kuat di pesisir Cilacap atau menerima informasi dari kami,” cetusnya.
Di sisi lain, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mewanti-wanti agar masyarakat pesisir, pendatang, maupun pengelola pantai terus memonitor imbauan yang ada dari BMKG. Utamanya soal potensi gelombang tinggi.
“Saya sampaikan hati-hati, seluruh operator harus memperhatikan itu, masyarakat harus aware. Musti peduli soal itu, maka umpama yang mau ke karimunjawa, sekarang ada pesawat tiap hari lho. Anda bisa menggunakannya untuk kepentingan keselamatan. Wisata ke pantai boleh, tapi pengelola pantai tolong perhatikan info yang ada dari BMKG,” imbuhnya.