JawaPos.com- Dua tahun terakhir penjualan terompet untuk perayaan malam Tahun Baru di Kota Pekanbaru, Riau, begitu lesu. Ada beberapa penyebab, namun faktor paling utama lantaran faktor cuaca yang tak menentu saat malam pergantian tahun.
Salah seorang pembuat terompet bernama Maman, 48, mengaku, penurunan pembuatan terompet terjadi sejak dua tahun lalu. Selain cuaca, model terompet juga terus berkembang dari tahun ke tahun. Masyarakat tidak hanya mencari terompet yang berbahan dasar karton.
“Karena adanya terompet model lain yang pakai angin dan dipencet itu. Itu juga jadi faktor penurunan minat terhadap terompet tiup ini,” akunya.
Sejak itu, distributor terompet ini mengurangi jumlah produksinya tiap tahun agar tidak mubazir. “Tahun ini cuma buat dua ribu lebih saja. Biasanya sebelum tahun 2016, bisa 15 ribu buah terompet,” kata lelaki yang sehari-hari berjualan di Gang Rose, Jalan Hang Tuah itu.
Pengurangan jumlah produksi juga disebabkan karena langganan maupun penjaja terompet di jalanan berkurang tiap tahunnya. “Kalau dulu bisa terima ribuan pesanan dari 50 penjaja. Sekarang cuma 10 sampai 15 penjaja jalanan aja yang mesan,” sebutnya.
Pekerjaan sebagai pembuat terompet sudah dilakoni Maman sejak tahun 1988. Pria yang berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah ini datang ke Pekanbaru 30 tahun silam. Sejak saat itu dia bekerja sebagai pembuat terompet bersama anak-anaknya dan warga pendatang lainnya.
Dulunya, tempat Maman bermukim saat ini dikenal sebagai Kampung Terompet. Namun kini, hanya tinggal 8 rumah saja yang masih aktif membuat terompet. “Dulu di gang ini, semua rumah buat terompet. Sekarang tidak lagi,” pungkas pria yang juga menjual balon gas ini kalau tidak sedang membuat terompet.